Kamis, 03 Juni 2010

lampu merah


Lampu Merah

Di Jogja saya kost di daerah Jakal km.7 jadi bila saya ke kampus harus melewati 2kali perempatan dan lampu merah. Yang pertama adalah lampu merah ringroad kentungan dan yang kedua adalah lampu merah selokan mataram UGM. Ketika di lampu merah pertama sering ada Jatilan. Mereka berdandan dan menggunakan kostum jatilan dan menari-nari diiringi oleh musik ketika lampu merah dan saat menjelang lampu hijau mereka berhenti menari lalu meminta sumbangan pada orang-orang. Saat itu terfikir dalam benak saya, bila mereka dandan menggunakan apa saja sampai wajah mereka berwarna merah padam, apakah mereka menggunakan blush on(pemerah pipi) atau menggunakan cat atau menggunakan bubuk pewarna. Mereka juga memakai wig jadi terfikirkan juga apakah wig itu mereka pinjam dari orang lain atau mereka membelinya. Dan darimana pula mereka mendapatkan kostum serta alat gamelannya. Semuanya terlintas dalam benak saya begitu saja.

Kemudian ketika di lampu merah selokan mataram UGM sambil menunggu lampu hijau biasanya saya mengamati orang-orang yang berada disebelah saya, apakah ada yang saya kenal atau tidak. Lalu biasanya saya juga sering kesal karena kadang ada bus atau angkutan kota yang mencoba mendahului padahal lampu masih merah. Dan karena di perempatan tidak ada penunjuk waktu lamanya lampu merah orang-orang yang berada paling biasanya maju perlahan-lahan sampai melampaui zebracross. Di sana saya juga sering melihat anak-anak jalanan yang meminta-minta. Kadang saya merasa kasihan, tapi kadang saya juga tidak habis fikir kenapa anak-anak jalanan tersebut bisa memakai anting-anting emas jika memang benar mereka berasal dari keluarga tidak mampu. Tetapi saya juga tidak tahu apakah anting-anting tersebut emas asli atau imitasi. Dan kadang saya juga melihat anak-anak jalanan tadi sedang berkumpul seperti briefing dengan seorang preman yang saya fikir itu adalah orang yang menyuruh anak-anak tersebut berkeliaran dijalanan dan mencari uang baik dengan cara mengemis atau mengamen. Saya sangat kasihan dan tidak habis berfikir kenapa anak-anak kecil yang harus jadi korban dari kelakuan orang-orang dewasa.

Vina M Putri (14525)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar