Senin, 19 Juli 2010

kenangan

kadang tak pernah terfikirkan oleh kita kapan dan kejadian apa yang akan menimpa kita..
banyak kenangan yang tersimpan dalam memori tapi banyak pula kenangan yang hilang dari memori kita..
tanpa kita sadari memori yang hilang itulah yang menjadi kenangan abadi dalam hidup ini..

Kamis, 03 Juni 2010

cerpen Sepotong Senja.. SGA

Sepotong Senja Untuk Pacarku

Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?

Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.

Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.

Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.

Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.

Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.

Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.

Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.

Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.

Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.

Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.

Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.

“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”

Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.

“Catat nomernya! Catat nomernya!”

Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.

Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.

“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”

Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.

Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.

“Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”

Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.

Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.

Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.

Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.

“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.

Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.

“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”

Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.

Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.

Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.

Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.

“semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?”

Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….

Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.

Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.

Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…

Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.

Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.

Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.

Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.

Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.

http://sukab.wordpress.com/2007/05/31/sepotong-senja-untuk-pacarku/

Vina's comment:

Saya menyukai cerpen yang dibuat oleh Seno. walaupun sebenarnya saya tidak terlalu mengerti isi atau maksud yang ingin disampaikan melalui cerpen ini, tapi cerpen ini melalui kata-katanya dapat membuat kita membayangkan atau berimajinasi tentang tempat-tempat dan kejadian-kejadian yang dialami Seno dalam cerpen ini.

Deje's comment

Saya memiliki beberapa komentar untuk cerpen karya Seno Gumira Ajidarma ini, yaitu :

1) Benar-benar saya sangat menyukai cerpen ini. Memang ada bagian yang kurang saya mengerti diantaranya senja yang bisa dicuri dan dimasukkan kedalam kantong sang penulis, tapi itulah seni yang kadang-kadang hannya pembacanya saja yang mengetahui maksudnya.

2) Unik dan benar-benar terasa oleh saya betapa dia mencintai kekasihnya sampai-sampai dia mencuri sepotong senja hanya untuk kekasihnya dan mempetaruhkan nyawanya.

3) Tidak membosankan dan ingin selalu membaca agar lebih mengerti lagi.

resensi's deje

Nama : Deje

NIM : 08/268214/SA/14532

Tugas : Menulis Kreatif (resensi film)

Judul : Orphan

Kehilangan anak sebelum dilahirkan membuat Kate dan John putus ada, perkawinan mereka terancam dan kejiwaan Kate yang lemah membuatnya bermimpi buruk dan dihantui bayangan masa lalu. Untuk menormalkan kondisi tersebut, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak dan Esther adalah anak yang mereka adopsi walaupun mereka telah memiliki Daniel dan Max dari hasil pernikahan mereka. Awalnya kehidupan mereka berjalan normal, sampai suatu ketika Kate merasakan ada sesuatu yang berbeda dari diri Esther. Demi melindungi keluarganya, Kate mencoba agar John dan lainnya mengetahui masa lalu Esther namun Jhon mengira bahwa Kate cemburu dengan kedekatan Jhon dan Esther. Kate semakin penasaran dengan kematian suster kepala panti asuhan yang meninggal sesaat pulang dari rumah Kate untuk memberikan keterangan tentang masa lalu Esther. Kate berusaha memecahkan persoalan itu dengan membongkar isi kamar Esther. Apa yang disembunyikan Esther? Apakah Kate dapat menemukan jawaban dari rasa penasarannya? Bagaimana nasib anak-anak Kate dan Jhon?

resensi's vina

Vina M Putri

14525

ORPHAN

Release : 2009

Genre : Horor-thriller

Sutradara : Jaume Collet-Serra

Penulis Naskah : David Laslie Johnson

Producer : Joel Silver, Susan Downey, Jennifer Davison Killoran, Leonardo Dicaprio

Pemain : Vera Farmiga, Peter Sarsgaard, Isabelle Fuhrman, Jimmy Bennet, Aryana Engineer

Produksi : Wanner Bros Picture

Durasi : 123 menit

Kate (Vera Farmiga) masih sangat bersedih karna keguguran yang dialaminya beberapa waktu lalu. Hal itu membuat jiwa Kate sedikit terguncang. Ia menjadi depresi dan mulai minum-minuman beralkohol. Sikap Kate membuat hubungannya dengan suaminya, John (Peter Sarsgaard) jadi merenggang. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengadopsi seorang anak untuk menghilangkan tekanan yang dialami Kate, meskipun sebenarnya meraka telah memiliki 2 orang anak yaitu Daniel (Jimmy Bennet) dan Max (Aryana Engineer).

Saat di Panti Asuhan, mereka bertemu dengan Esther (Isabelle Furhrman), seorang gadis kecil yang manis dan pintar, pandai bernyanyi dan melukis. Mereka pun memutuskan mengadopsi Esther. Setelah Esther tinggal dengan mereka dan menjadi anggota keluarga yang baru, dia mulai menunjukkan sikapnya yang misterius dan labil. Penampilannya yang polos telah mengecoh semua orang di sekitarnya. Esther gadis kecil manis dan polos yang berubah menjadi iblis kecil yang sadis dan kejam. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Siapa Esther sebenarnya dan ada rahasia apa yang disembunyikannya?

Orphan merupakan film horor thriller yang juga menggabungkan misteri dan drama. Film ini menampilkan adegan-adegan mengejutkan dan berhasil mempertahankan ketegangan dari awal sampai akhir film. Film ini dapat membuat penonton terpaku di kursinya dan penasaran dengan kelanjutan adegan-adegan dalam cerita film tersebut.

Para Aktris dan aktornya pun berperan denagn sangat baik sehingga karakter tokoh dapat muncul dengan kuat. Karakter tokoh dan alur cerita yang sedemikian rupa seolah-olah berhasil menghipnotis dan mebawa penonton masuk ke dalam cerita. Karakter Kate yang memperjuangkan keselamatan keluarga dengan berbagai cara dan John yang dapat membuat penonton seolah berkata “Huuh, percaya dong sama istrimu!”, serta karakter Esther sebagai psycho kid, dari gadis kecil baik-baik menjadi kejam, suka membunuh dan sedikit gila, berhasil menumbukan perasaan takut dan teror para penonton sehingga kebanyakan dari mereka akan berkomentar, “Ini anak bener-bener psycho!! “

Akhir ceritanya yang menegangkan pun juga cukup membuat penonton kaget, syok dan tidak akan berhenti membicarakan hingga setelah selesai menonton.

resensi resensi's deje

Nama : Deje

NIM : 08/268214/SA/14532

Tugas : Menulis Kreatif

ORPHAN

http://www.entertainment.dnaberita.com/ORPHAN.php

MOVIE

Resensi awal :

Kehilangan anak sebelum dilahirkan membuat Kate dan John putus ada, perkawinan mereka terancam dan kejiwaan Kate yang lemah membuatnya bermimpi buruk dan dihantui bayangan masa lalu.

Untuk menormalkan kondisi tersebut, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak.

Di panti asuhan setempat, mereka memilih seorang gadis cilik bernama Esther.

Tak lama berselang Esther tinggal bersama mereka, banyak kejadian-kejadian misterius terjadi membuat Kate sadar sesuatu yang aneh pada diri Esther.

Demi melindungi keluarganya, Kate mencoba agar John dan lainnya mengetahui masa lalu Esther. Namun peringatan itu nampaknya sudah terlambat....

Komentar :

Resensi ini lumayan membuat pembaca agak sedikit terbawa alur ceritanya, hanya saja akhir dari resensi ini kurang membawa para pembaca untuk mengetahui lebih lanjut ceritanya. Bisa saja penulis mengakhiri resensi dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat pembaca ingin tahu lebih tentang film ini. Dapat juga penulis menulis contoh seperti betapa bencinya Esther terhadap ibu angkatnya agar pembaca ingin tahu apa yang terjadi.

resensi resensi's vina



HIBURAN


Epik Yunani Tentang Keberanian Prajurit Sparta Menghadang Invasi Musuh (Resensi Film)
Oleh : Bambang Eko Nugrahanto | 12-Apr-2007, 05:23:00 WIB

Judul Film : 300 (2007)
Genre : Drama/War.
Sutradara : Zack Snyder.
Skenario : Frank Miller.
Produksi : Warner Bros.
Pemain : Gerard Butler, Lena Headey, Dominic West, David Wenham, Vincent Regan, Rodrigo Santoro.
Durasi : 117 min.
Rilis di Indonesia : 16 Maret 2007.

Sinopsis :

KabarIndonesia - Film epik kolosal itu, ternyata tak harus rumit dan membosankan seperti halnya pelajaran sejarah. Lewat 300 yang diproduksi dan diedarkan Warner Bros Pictures ini, sutradara Zack Snyder ingin menyederhanakan legenda kepahlawanan pasukan Sparta melawan tentara Persia dengan tetap konsisten pada style graphic novel ala Frank Miller.

Hasilnya, kisah epik ini tak cuma mengedepankan sisi emosionalnya saja, tapi juga, sangat berkesan artistik yang stylish. Kisah 300 ini, seolah membenarkan teori Ludwig Mies van der Rohe tentang 'less is more' (sedikit itu, adalah banyak).

Sekitar 300 serdadu Negara Kota Sparta pimpinan Raja Leonidas [Gerard Butler] nekat melawan invasi dari sebanyak ratusan ribu tentara Persia pimpinan Raja Xerxes [Rodrigo Santoro] yang akan menduduki dan menjajah seluruh Yunani.

Leonidas sebenarnya sudah meminta bantuan para dewa, khususnya Dewa Oracle. Namun sayangnya, mereka (para dewa) memaksanya untuk tidak berbuat apa-apa dan hanya berkata, "Sparta akan jatuh."

Ia pun nekat mengambil keputusannya untuk berperang demi memperjuangkan apa yang mereka percayai sebagai sebuah kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Yunani dari tirani bangsa Persia.

Kenapa mereka seberani itu? Dari prolognya kita bisa mengetahui bahwa bangsa Sparta terlahir dan hidup hanya untuk berperang. Sejak usia 7 tahun, mereka dibaptis di api peperangan dan dididik di alam liar. Salah satu adegan menggambarkan Leonidas kecil membunuh serigala buas dengan tombaknya.

Dan terbukti, sebanyak 300 prajurit Sparta ini mampu membuat kocar-kacir ratusan ribu tentara Persia di sebuah tebing yang disebut Leonidas sebagai 'mulut neraka '.

Mereka membunuh prajurit 'zombie', menghancurkan gajah dan badak raksasa, hingga selamat dari hujaman jutaan anak panah. Sementara suaminya bertempur, Ratu Gorgo [Lena Headey], berusaha untuk meyakinkan Dewan Senat untuk mengirimkan bantuan pasukan guna mendukung perlawanan Leonidas.

Termasuk, menyerahkan tubuhnya untuk politisi hidung belang yang oportunis, Ephialtes [Andrew Tiernan]. Meski demikian, film 300 ini terinspirasi dari Kisah Epik Perang Thermopylae yang melegenda itu, dan memang terjadi pada tahun 480 Sebelum Masehi.

Namun, sutradara Zack Snyder tak ingin membuat kita pusing, lantaran menyimak latar belakang sejarah lewat dialog rumit yang membuat dahi mengernyit. Kesimpulannya, adalah pengorbanan 300 pasukan Sparta yang kemudian menginspirasi seluruh Yunani untuk melakukan perlawanan.

Sisanya sekitar 80 persen adegan film ini diisi dengan adegan pertempuran yang fantastis. Bagi mereka para penggemar novel karya Frank Miller, sudah tentu akan paham dengan kegemarannya menggunakan tone yang dark, termasuk unsur adegan sadisme dan pertumpahan darah.

Gabungan warna sephia plus adegan slow motion ketika pasukan Sparta menghunus tombaknya ke arah badak raksasa yang melaju membuat kita ikut menahan napas. Begitu pula adegan breathtaking saat hujaman jutaan panah milik pasukan Xerxes menutupi langit.

Sutradara muda Zack Snyder mungkin, mendapat kredit setelah menggarap "Dawn of the Dead". Tapi, mesin film ini tetap dipegang Miller, si kreator "Dark Night" dan "Sin City". Seolah, Miller menemukan gaya baru dalam menggarap film epik haus darah melalui teknik computer generated-nya.

Setelah menonton, mungkin tak ada dialog yang benar-benar diingat. Tapi yang pasti, Anda bakal bercerita ke teman-teman bahwa Anda telah menyaksikan sebuah karya film fenomenal yang ground breaking.

Sumber : Kabar Indonesia


komentar:

Resensi yang dibuat oleh Bambang E Nugrahanto sudah cukup bagus dan cukup mewakilkan isi dari film. Sebagai pembaca, kita rasanya dapat terbawa oleh alur cerita dan memahami apa yang ingin disampaikan dalam film ini hanya dengan membaca resensinya. Saya setuju dengan pernyataan peresensi yang mengungkapkan bahwa ” Setelah menonton, mungkin tak ada dialog yang benar-benar diingat. Tapi yang pasti, Anda bakal bercerita ke teman-teman bahwa Anda telah menyaksikan sebuah karya film fenomenal yang ground breaking”. Si peresensi juga sudah mengungkapkan kesannya terhadap efek gambar dan suara.

feature's deje

NAMA :Noviani Deje

NIM :08/268214/SA/14532

TEMA :MUSIK

Indahnya hidup karena musik

Hidup tak pernah lepas dari musik, tanpa musik dunia hanya sebuah tempat hunian bagi makhluk yang tak bernyawa, karena apapun yang dilakukan makhluk hidup semua berhubungan dengan musik. Seringan apapun bunyi yang kita dengar selama ini adalah awal dari yang namanya musik. Bunyi petir, bunyi orang berjalan, dan bunyi yang lain bisa dijadikan ide bagi orang-orang yang kreatif untuk dijadikan musik. Jogja adalah salah satu tempat banyaknya musisi jalanan yang berkumpul dan menciptakan kekreatifisan mereka. Di Jogja ini banyak sekali musisi yang bermain dengan kekreatifitasan mereka agar musik yang mereka mainkan menarik minat yang mendengarkan. Banyak alat yang mereka pakai agar menciptakan musik yang berbeda dan jelas enak didengar bagi semua yang mendengarkan, diantaranya galon, gendang (baik yang mereka buat sendiri ataupun yang mereka beli), gitar, dan lain sebagainya. Tapi kadang juga ada musik yang mereka mainkan tidak mengenakkan telinga karena mereka memainkan lagu-lagu yang mereka buat sendiri bukan lagu yang sering didengar dan dihafal masyarakat. Musik adalah kekreatifitasan manusia yang diwujudkan dengan nada. Dan musik adalah tumpahan dari semua perasaan para musisi baik itu di Jogja ataupun kota-kota lain, baik itu kritikan untuk para pemimpin, perasaan cinta, benci, patah hati, bahkan ledekan untuk orang yang sedang jatuh cinta.